Mendapati kemunduran rambut atau penipisan rambut pria di usia muda sekarang sepertinya bukan isu baru lagi. Contoh nyatanya adalah sudah terlihat gejala kebotakan pada beberapa bintang berusia pertengahan 20-an yang saya temui di industri ini. Solusinya? Ada yang menutupinya dengan memakai topi atau menyamarkan melalui penyematan toupée rambut. Ya, setidaknya mereka melakukan usaha. Tak seperti salah satu pangeran yang acuh tak acuh, sehingga mengurangi ketampanannya. Penggemar pun mundur teratur.
“Benar. Saat ini kita melihat tren kebotakan, terutama kondisi androgenetic alopecia atau kebotakan berpola pada pria muncul di usia yang lebih muda, bahkan mulai dari awal usia 20-an. Dulu, kondisi ini lebih sering terjadi di usia 30 tahun ke atas,” jelas dr. Akbar Pratama, Sp.DVE saat dijumpai untuk berkonsultasi di Thick & Black Erha Hair Clinic.
But the big question is… apa penyebabnya? Padahal masalah ini rasanya masih jauh dari concern pria- pria dari generasi milenial apalagi generasi Z, namun realitanya sebetulnya sudah “sedekat” itu. “Penyebab utamanya adalah faktor genetik yang dipicu oleh hormon dihidrotestosteron (DHT). Hal ini terjadi karena pria memiliki kadar hormon androgen yang lebih tinggi, terutama testosteron yang diubah menjadi DHT. Hormon ini kemudian yang menyusutkan folikel rambut secara perlahan hingga rambut semakin tipis dan akhirnya tidak tumbuh lagi. Kemudian berbeda dengan kaum wanita yang
umumnya mengalami kerontokan yang lebih menyebar merata pada daerah tengah kepala dan tidak sampai menyebabkan kemunduran bagian rambut depan, para pria justru lebih banyak terjadi pada daerah depan dan atas kepala.
Selain faktor genetik seperti perubahan hormon dan juga pola hidup yang makin hari kurang mindful, menurut dr. Akbar ada sejumlah penyebab eksternal lain yang turut jadi penyumbang terbesar dari percepatan masalah kebotakan dini. “Kurang tidur, stres kronis, mengonsumsi junk food, merokok, serta kurangnya aktivitas fisik seperti olahraga bisa mempercepat kerontokan.”
“... kebotakan berpola pada pria muncul di usia yang lebih muda, bahkan mulai dari awal usia 20- an. Dulu, kondisi ini lebih sering terjadi di usia 30 tahun ke atas.”
— dr. Akbar Pratama, Sp.DVE
dr. Akbar turut berbagi bahwa masalah kebotakan dini juga ada korelasinya dengan masalah kesehatan mental terutama bagi para generasi muda di zaman sekarang.
“Keterkaitan antara masalah kebotakan dini dengan kesehatan mental terjadi secara dua arah. Kerontokan bisa menurunkan rasa percaya diri, menyebabkan kecemasan sosial bahkan depresi ringan. Di sisi lain, stres dan gangguan mental juga dapat memicu kondisi telogen effluvium, yaitu kondisi kerontokan rambut mendadak. Karena itu penting bagi kita melihat rambut bukan hanya sebagai bagian estetika, tapi juga indikator kesehatan mental dan fisik.”
Sedangkan menurut dr. Akbar, di samping memperbaiki gaya hidup sehat yang berarti cukup tidur, konsumsi makanan kaya protein, zat besi, dan vitamin D, serta rutin berolahraga, untuk kasus membutuhkan penanganan lebih lanjut, ada beberapa perawatan rekomendasi yang dapat dicoba untuk melebatkan kembali rambut Anda. “Untuk kebotakan dini, kombinasi perawatan adalah kuncinya. Beberapa perawatan yang dapat Anda kolaborasikan seperti: PRP Therapy yang memanfaatkan plasma darah sendiri untuk merangsang folikel rambut, Hair Booster Injection atau mesoterapi yang berfungsi memberikan nutrisi langsung ke akar rambut, Low-level Laser Therapy (LLLT) untuk merangsang pertumbuhan folikel dengan cahaya, atau mengonsumsi obat baik topikal maupun oral, serta perawatan yang sedang menjadi tren akhir-akhir ini adalah transplantasi rambut yang dianjurkan bagi Anda yang menginginkan solusi