Kelainan bawaan, dimana tidak ada pigmen pada sebagian atau keseluruhan beberapa bagian tubuh (rambut, mata,kulit ), yang dikarenakan gagalnya sintesis melanin.

Cairan tidak berwarna yang mudah menguap, terbentuk dari fermentasi zat pati, gula, dan karbohidrat lainnya. Dikenal juga sebagai etanol.

Bagi para penggemar produk peremajaan kulit, mungkin tidak asing lagi dengan Allantoin. Bahan yang membantu mempertahankan kelembaban dan kelembutan kulit, serta anti-iritasi kulit (terbakar, lecet, jerawat, bisul). Allantoin cair dapat ditemukan pada janin makhluk hidup, air seni anjing, benih gandum, cacing tanah, dan komponen organik lainnya. Selain itu, Allantoin juga merupakan antioxidant yang mampu memerangi radikal bebas, penyebab proses penuaan dini dan kerusakan kulit. Zat turunan allantoin meliputi Aluminium chloro hydroxy Allantoinate, Aluminium dihydroxy Allantoinate, Allantoin N Acetyl DL Methionine, dll. Biasanya digunakan dalam produk deodoran, anti-iritasi pada perawatan bayi, moisturizing cream and lotion, pasta gigi, produk skin care, dan sebagai anti-dandruff (anti-ketombe) pada shampo.

Substansi antigen yang bisa dengan cepat memicu alergi, misalnya serbuk sari bunga.

Secara teknis alergi terjadi ketika antigen mampu merangsang reaksi hipersensitivitas tipe I pada individu melalui respon E Immunoglobulin (IgE). Kebanyakan manusia mengartikan respon Immunoglobulin E yang signifikan hanya sebagai pertahanan terhadap infeksi parasit. Namun, beberapa orang mungkin merespon berbagai antigen lingkungan umum. Alergi bisa sangat mengganggu karena keadaan fisik dan kesehatan menjadi sangat sensitif terhadap alergen yang sebenarnya tidak berbahaya. Alergi yang biasa ditemui adalah pada saluran pernapasan, ketika tubuh sensitif terhadap debu, polusi, cuaca dingin atau bulu binatang. Reaksi yang ditimbulkan pun beragam, mulai dari bersin-bersin, pilek hingga bisa menyebabkan asma. Selain itu, alergi juga dapat bereaksi pada mata, kulit dan sistem pencernaan.

Vaskulitis alergi adalah reaksi ekstrem terhadap obat, infeksi, zat asing atau alergen seperti iodida, penisilin, sulfonamide, dan tiourea yang menyebabkan peradangan dan kerusakan pembuluh darah kulit. Biasanya reaksinya terlebih dulu ditandai oleh ruam merah keunguan yang menyerupai gejala Henoch-Schonlein Purpura namun tidak disertai nyeri pada perut, gatal, malaise, demam ringan dan adanya papul, vesikel, bercak urtikaria, atau borok kecil di kulit. Biasanya Vaskulitis ini terjadi pada pasien berusia 15 tahun ke atas dan hilang dengan sendirinya dalam beberapa waktu. Pada mereka yang mengalami Vaskulitis berulang, pengobatan kortikosteroid dapat digunakan untuk mengurangi peradangan dan mengendalikan gejalanya.